Perkembangan teknologi yang amat pesat akibat revolusi industri 4.0 yang diikuti dengan era disrupsi tidak dapat dipungkiri membawa perubahan yang besar pada berbagai sektor kehidupan manusia, yang dikhawatirkan berpotensi mendegradasi peran manusia. Jepang kemudian menggagas society 5.0 yang pada dasarnya merupakan konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dengan berbasis pada teknologi sebagai antisipasi atas potensi bahaya dari revolusi industri 4.0. Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan ini agar tidak tertinggal dari negara-negara lain di dunia. Selain pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan teknologi, salah satu bentuk adaptasi yang perlu dilakukan masyarakat Indonesia adalah membekali generasi penerus bangsa dengan karakter-karakter ideal yang diperlukan untuk menyambut perkembangan era apapun yang akan datang. Salah satu karakter ideal yang perlu ditanamkan pada generasi muda sejak usia dini adalah karakter toleransi. Hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara yang majemuk dan multikultur masih rentan terhadap konflik terkait intoleransi, terlebih pada masa kini dimana provokasi dapat dilakukan dengan sangat mudah lewat pemanfaatan teknologi yang keliru. Karena kita tidak dapat membentengi anak usia dini dari paparan informasi yang dapat memprovokasi sikap intoleran, maka pilihannya adalah memperkuat karakter toleransi pada anak usia dini. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menguatkan karakter toleransi pada anak usia dini adalah dengan menerapkan psikologi komunikasi dalam prosesnya. Penerapan psikologi komunikasi akan membantu anak usia dini memahami dan membiasakan karakter toleransi sejak dini tanpa merasa terpaksa atau tertekan dalam proses pelaksanaannya